Sabtu, 26 Desember 2009

BINTANG DARI SURGA

Ini adalah sekelumit episode dalam kehidupanku. Sepenggal cerita tentang perjalanan spiritual anak manusia yang terus mencari kebenaran. Bisa jadi merupakan proses pencarian “jati diri” untuk menuju pendewasaan sikap, kepribadian dan proses seseorang untuk meyakini akan penemuan “Sang Cinta Sejati”serta mendapat derajat kemuliaan disisi Tuhannya.
Singkat cerita, sejak 5 tahun lalu, tepatnya tahun 1999 s/d saat ini (2004), aku bersama dua orang temanku gemar mencari-cari “Malam Lailatul Qodr” di bulan Ramadhan dengan cara itikaf di masjid dekat rumahku, tentu saja bersamaan dengan upaya meningkatkan amal ibadah secara istiqomah dan mujahadah. Kesempurnaan ibadah akan lebih indah dan bermakna jika dibarengi dengan kesempurnaan akhlaq dan kepribadian, walaupun pada dasarnya tidak ada orang yang terlahir sempurna. Tahapan untuk mencapainya tidaklah mudah dilalui karena tidak sedikit prasangka buruk, fitnah dan segala bentuk penyakit hati acap kali datang menghampiri sebagai sebuah ujian. Sampai akhirnya di tahun 2001 bulan Hijiriah, beberapa bulan sebelum wisuda sarjanaku yang sempat tertunda karena terlibat “petisi” pergantian dosen di kampus.
Sebuah pembelajaran akan makna keadilan, kejujuran, keberanian, semangat juang, tanggung jawab moral spiritual, emphati sekaligus pengkhianatan dari sahabat. Di saat perenungan itulah, aku mendengar bisikan hidayah untuk menggunakan jilbab justru pada saat aku punya impian untuk mengembangkan karirku. Dan akupun berjanji dalam diri untuk dapat mengendalikan emosiku yang kadang-kadang masih meledak-ledak. Banyak temanku yang tidak yakin aku akan istiqomah dengan jilbab ini. Ujian awal, orang masih meragukan jilbab yang aku pakai.
2002, Hijrah ke Jakarta menjadi Sekretaris Presiden Direktur
Merasa menyukai tantangan, akupun memutuskan hijrah ke kota Metropolitan Jakarta untuk mencari kerja. Seolah-olah Allah menuntun jalanku, setelah menjadi MC di sebuah acara pernikahan, aku mendapat tawaran pekerjaan sebagai Sekretaris Presiden Direktur selama 1 tahun di sebuah perusahaan “Explosive and Accessories Supplies” . Persaingan kerja dan ambisi mulai mewarnai para seniorku ketika pimpinanku yang seorang wanita mulai mempercayaiku. Dan aku pikir seorang sekretaris memang harus flexible mengikuti irama kerja atasan. Dibalik keluguanku bekerja saat itu, aku mulai menunjukkan warnaku sebagai seorang yang berani berkata “Tidak”. Kritikan halus terhadap perusahaan hadir dalam bentuk tabloid ringan sebagi laporan kaleidoskop Tahunan. Sebuah pembelajaran akan makna loyalitas/merasa memiliki kudapatkan. Aku merasa seperti ”lilin kecil” yang menyinari kegelapan dan bisikku dalam hati “Lets Play this Game”.

2003, Menjadi Sekretaris Direksi dan MarketingTakdir berkata lain, jenuh dengan pekerjaan yang monoton dibelakang meja, akhirnya awal tahun 2003 aku pindah ke perusahaan lain sebagai “Sekretaris Marketing” yang bergerak di bidang “Medical Equipment”, dibawah kepemimpinan seorang Dokter wanita yang dimataku cukup Edukatif dan Religius.”Welcome to the Jungle” sapa mereka kepadaku. Heran dan bingung ketika pimpinanku pernah mengatakan bahwa hasil psikotesku “Superior”, padahal sama sekali aku tidak merasa hebat/super. Lagi-lagi, ini adalah rencana Allah pikirku dalam hati. Aku mulai menyukai tantangan dan mempertemukanku dengan orang-orang “workaholic/gila kerja”. Managemen waktu yang tidak baik membuat aku harus protes, karena hampir tiap hari bahkan sabtu, minggu waktuku terjajah sampai larut malam untuk menyiapkan berkas-berkas tender, proyek dan kegilaan pimpinanku dalam mencari proyek dan visinya ingin mengubah dunia. Sudah menjadi hal biasa, banyak karyawan yang tidak betah dan memilih keluar kerja daripada mengikuti pola kerja yang tidak terencana seperti di hutan. Aku mencoba untuk bersabar, menyukuri kepercayaan yang aku dapat dan mulai memikirkan langkah perubahan bagi kemajuan perusahaan dengan menyampaikan ide-ide/solusi, namun yang aku dapat adalah caci maki yang sangat tidak edukatif dan tidak berperikemanusiaan. Aku sadar bahwa gaji besar tidak dapat menggantikan bathinku yang terluka bahkan kenikmatan dan kekusyukanku untuk beribadah. Aku menangis karena ibadahku terganggu karena kelelahan bekerja. Ketika ditugaskan ke Makassar mewakili pimpinanku memenuhi undangan Asosiasi Dokter dan ajakan dinner pembubaran panitia, aku justru dibentak dan dihina melalui telephone dengan ucapan yang sangat merendahkan harga diri wanita. Bathinku berontak, ini saat yang tepat untuk memutuskan resign. Walau aku tahu, pimpinanku sangat keberatan dengan langkah yang aku tempuh dengan mengatakan bahwa kemarahannya karena beliau merasa sayang padaku dan menganggap aku seperti anaknya sendiri sehingga menjadi “over protective”. Beliau selalu mengatakan rencananya untuk meng”kader”ku karena kesadaran bahwa usia-nya sudah tidak mudah lagi. Aku mencoba berlapang dada dan memaafkannya. Namun pesan moral dan pembelajaran yang aku ambil adalah bekerja keras, to be smart, tidak boleh mencintai sesuatu melebihi kecintaan kita kepada Allah.


INDAHNYA LAILATUL QODRKerinduan pada ibuku, kuputuskan untuk istirahat dan kembali ke kotaku di Semarang. Bertemu dengan bulan Ramadhan 1424 H. Ketika tiba malam 25 Ramadhan pukul 01:30 dini hari, diserambi belakang rumah, aku hendak membangunkan pembantuku dan mengajaknya itikaf di masjid. Aku lihat langit cerah malam itu ditaburi bintang-bintang kecil, namun tiba-tiba muncul satu ”Bintang Kejora Besar” bersinar terang meloncat indah dan menyisakan berkasnya dan menghilang dalam hitungan detik. Pemandangan yang membuatku takjub dan Allahu Akbar, tersadar segera kubersujud syukur memohon apa saja yang kuinginkan saat itu. Peristiwa itu masih membayang sampai saat ini, ingin rasanya kusaksikan lagi. Inikah yang namanya “Lailatul Qodr / Karomah Allah” untukku atau hanya sekedar “Bintang Jatuh”?? Aku belum mampu menjawabnya…………………

2004, Tantangan menjadi Project Marketing di NTTDi awal tahun 2004 dengan semangat baru, aku kembali ke Jakarta untuk bekerja lagi. Tawaran kerja yang memintaku melepas jilbab aku tolak. Akhirnya Allah memfilter langkahku, kali ini aku diterima di perusahaan keluarga yang lebih berkembang, bervisi agama dan ritual ibadah yang mulai dibangun, memiliki SDM yang cerdas dan hamper 90% karyawatinya berjilbab. Masih bergerak di bidang “Medical Equipment”. Kali ini "kudengar", hasil psikotesku mengatakan bahwa aku memiliki kecerdasan diatas rata-rata manusia biasa. Kepekaan dan intuisi memang selalu aku asah. Aku berpikir bahwa ini bagian dari rencana-rencanaNya atau bias jadi penemuan baru bahwa ESQ/Emotional Spiritual Quotationt lebih berperan dalam menuntun orang mencapai kesuksesannya dan melahirkan generasi-generasi Emas masa datang?? Kali ini aku diminta pimpinanku untuk menjadi “Marketing Project” yang merupakan ujung tombak perusahaan karena mereka menilai aku punya potensi kearah sana, walaupun ini pengalaman pertama sebagai orang lapangan dan beban bagiku,apalagi ditempatkan di NTT, wilayah yang notabene dihuni penduduk mayoritas non muslim. Kehadiranku di perusahaan ini sempat menimbulkan kontoversi, karena aku dituduh “mata-mata” bisnis dari perusahaan tempatku bekerja sebelumnya. Pendek kata aku baru diterima dengan ½ hati dan menjadi sorotan. Ternyata, persaingan usaha telah membuat hati nurani mereka buta dan salah menilai orang. Tapi aku terus buktikan bahwa aku benar-benar ingin memberikan kontribusi dean tidak ada sangkut pautnya dengan”spionase”. Seminggu di NTT, dengan keyakinan penuh bahwa Allah melindungi jalanku lancer dalam bertemu kalangan birokrat dan pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek. Walau suku, ras, agama berbeda, namun kenyataannya aku dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan pejabat setempat. Aku mencoba memilah antara bisnis dan sara, supaya tidak menjadi momok menakutkan bagiku. Kehadiranku disana memang cukup menggemparkan dan membuat gusar rekanan pesaing, tapi masih bias kuatasi. Justru ada yang mengatakan jika ingin dapat proyek disini harus di”Kupang”kan. Di wilayah yang terasa asing ini, aku terus lantunkan ayat suci Al-Qurán dan berdzikir agar tidak ada jin kafir yang menggangguku. Keyakinanku dalam hati,bahwa tidak ada yang melebihi ketakutanku kecuali kepada Allah. Pendekatanku di lapangan terjalin baik, sayangnya pendekatanku di kantor yang kuanggap rumahku sendiri justru bertolak belakang. Aku kembali diuji dengan kesulitan, ketika para seniorku mulai ingin menjegalku. Ketika iri dengki, fitnah/ghibah, prasangka buruk serta mencari-cari kesalahan terkecil mulai melandaku, aku hanya bisa diam dan pasrah kafrena aku yakin Allah penolongku dan tahu apa yang aku kerjakan semata-mata mengharapkan ridho-Nya.

Seperti berada di masa jahiliyahBersamaan dengan masuknya aku di kantor ini, memang ada salah seorang temanku yang baru menggunakan jilbab. Menurut berita yang aku dengar, dia pernah kesurupan dan tiba-tiba mampu melihat segala bentuk setan dan meramal. Semua teman-temanku terpengaruh dengan ramalannya. Analisaku dan info dari seorang ustad bahwa hal itu ciri-ciri tipu daya syaiton (istidroj). Maka aku nasehati temanku itu untuk di ruqiyah agar terhindar dari jin –jin/tipu daya syaiton. Tapi dia menolak dengan sinis, dan mengatakan bahwa aku angkuh dan keyakinanku kuat. Bahkan dia sibuk bergosip dan kejahilannya semakin mengarah kearahku. Meramal sesuatu yang menyesatkan kearah kemusyrikan. Buktinya, ramalan buruknya tentang aku tidak benar bahkan menjurus kearah fitnah dan ghibah. Setan memang selalu ingin membuat manusia terjerumus pada fitnah dan ghibah. Setan memang selalu ingin membuat manusia terjerumus. Ingatanku kembali ke jaman jahiliyah, ketika sesama muslim dalam satu perusahaan saling berebut kursi dan kekuasaan, fitnah, memperolok/menggunjing aib, buruk sangka yang memuncak dibulan Ramadhan. Ini sebuah pembunuhan karakter dan pelanggaran hak, disaat mereka mengusik ruang pribadi dalam hatiku. Disaat hatiku terluka, aku perbanyak Dzikir dan Asmaul Husna. Aku ikhlas, pasrah dan tawakal atas semua yang terjadi semata-mata untuk kebaikanku sampai aku merasa telah “Ubud Dunia” sepertinya Filosofi Zuhud yang selalu aku tempel dimeja kerjaku menjadi sangat berarti. Allah memberiku kepekaan sehingga setiap orang yang berniat jahat kepadaku, aku dapat merasakan sekaligus "mendengar" seperti ada antena di telingaku. Hati kecilku berkata bahwa derajat kemuliaan dari Allah yang aku dapat jauh lebih indah daripada sekedar pangkat/jabatan yang mereka perebutkan. Beruntung, kedua pimpinanku yang harmonis, arif dan bijaksana dalam membuat keputusan. Namun itu belum cukup bagi Allah untuk menguji sejauh mana mereka mampu berlaku adil. Beberapa proyek yang aku rencanakan memang gagal, karena wilayah NTT sudah rawan konflik terhadap proyek ini. Aku juga tersadar bahwa pekerjaan yang aku lakukan ini dipenuhi nuansa KKN. Banyak menjanjikan uang, tapi mungkin ini bukan satu-satunya pekerjaan yang cocok bagiku? Seolah-olah doaku yang selalu meminta diberi petunjuk ke jalan yang lurus sudah terjawab.
Pertolongan ALLAH Hadir..….
Disela kepasrahanku, setiap kubaca Al-Qurán beserta maknanya, apa-apa yang aku pertanyakan dalam hati terjawab disana. Setiap kejadian yang aku alami, sepertinya tertuang dalam Al-Qurán, baik berupa kisah-kisah perjalanan Nabi, kejadian alam seperti gempa/bencana, wanita-wanita yang diuji & orang-orang yang akan menyangka ini penyakit Gila, negeri orang-orang kafir, malaikat pemberi peringatan, bidadari, surga-surgadll. Aku terhenyak sesaat, apakah ini suara Allah... aku mampu mendengar suaraNYA.
Tiba saat Hari Raya dan halal bil Halal di kantorku, terdengar sampai ditelingaku bahwa temanku yang mampu melihat setan itu tiba-tiba mampu melihat "sesosok Wali Berjubah Putih" di belakang tubuhku yang mengikuti kemanapun akau pergi dan cahaya yang menyinari diatas kepalaku. Sososk Wali itu membantu wudhu-ku pada saat air di kantor kering, ketika semua temanku harus berlarian mencari air wudhu diluar kantor, tiba2 suar pintupun terbanting dengan keras... gubraaak....Analisaku pada saat itu, bahwa mungkin hati teman-temanku pada saat itu diliputi warna hitam. Keajaiban lain juga terjadi pada saat semua temanku yang ingin mencelakakan aku menerima ganjaran dan beberapa diantaranya ada yang sakit sambil bertanya tanya tentang kesalahan/dosa-dosa mereka. Apalagi ketika meeting di Puncak, mereka seolah ingin menguji keajaiban yang lain, seolah ada perlawanan antara ilmu putihku (ilmu laduni) yang tiba2 kumiliki dengan ilmu hitam managerku yangsaat itu mengandalkan kerisnya. Setelah itu aku melihat sorot mata teman2ku kehitam-hitaman dan seperti takut melihatku. Kejadian ini seperti dalam sebuah sinetron dan televisi Allah yang besar. Aku memilih diam, karena takut riya, ketika pimpinan memintaku menceritakan pengalaman spiritualku untuk dijadikan pelajaran bagi teman-teman. Aku yakin ini cara Allah untuk menunjukkan kekuasaan, kemarahan sekaligus kebesarannNYA, pengadilan Allah langsung turun tatkala hambanya yang teraniaya diperlakukan tidak adil. Kenapa Allah mengirimku ke tempat ini? Aku dengar ada teman yang memperlancar jalan rezekinya dengan keris, pesugihan, kungkum (berendam) kejawen^& sesuatu yang berbau klenik? Ah, akupun tak mau bershuúdzon...Aku hanya menjadi bulan-bulanan mereka dan sekaligus menjadi rembulan yang takkan redup sinarnya. Aku sadar, bahwa aku sedang berperan ganda sebagai diriku & pembawa peringatan? Aku menjadi cermin bagi mereka, entah kenapa beberapa orang menjadi memiliki kesamaan karakter & pengalaman hidup. Akhirnya, seperti dibangunkan dari tidur dan pengaruh hipnotis, semua teman-temanku mulai sadar bahwa selama ini mereka telah salah menilai diriku. Ah, aku seperti baru saja keluar dari badai. Langkahku adalah Langkah Allah, entah kemana lagi aku harus berpetualang.
Sepertinya aku telah diangkat menjadi Auliya/ kekasih/Wali Allah? Wallahualam bisawab.. Allah meninggalkan sebuah misteri yang sibuk aku pecahkan sendiri maknanya. Bisa jadi inilah rasanya "Karomah Allah dan hikmah Lailatul Qodar"yang lebih indah dari 1000 bulan itu yang kudapat 1 tahun sebelum semua ini terjadi, ketika seorang hamba akan dinaikkan derajat keimanan menjadi tingkat "Taqwa dan Tauhid".Allah mengujiku dulu dengan kesulitan, mengirimkan penjaga bagiku dari setiap asma-asma Allah berupa "Khadam", walaupun aku sendiri tidak dapat melihat seperti apa wujudnya tapi dapat merasakan keberadaannya.
Keanehan terjadi lagi, ketika aku merasakan kejadian seperti di Mekkah, bertemu dengan nene-nenek misterius di dalam bis yang aku tumpangi dari arah tebet ke Pasar Minggu seperti jelmaan malaikat yang saat itu meminta minum karena sedang berpuasa Senin Kamis seperti diriku hari itu, memintaku membeli tas dan bajunya karena saat itu nenek itu membutyuhkan uang, dan berpesan agar baju itu diberikan kepada ibuku untuk pengajian, seraya memuji bahwa aku cantik dan cocok menjadi ibu dokter dan akan segera dilamar seorang pria...UUUps, kontan hatiku terhenyak..Nenek itu juga meminta nasehat dariku sambil dengan tatapan yang begitu dalam berkata "Bahwa nenenk ini bukan sembarang nenek"... Allahu Akbar, aku mampu mebedakan suara-suara ghoib seperti seorang pemburu hantu maupun jin-jin jahil. Setelah aku belikan sekantung buah, aku berpisah dengannya di terminal pasar Minggu. Kemudian aku juga bertemu dangan wanita cantik misterius yang mensujudi tanganku di sebuah mesjid, kutemui beberapa orang memanggilku "Bu Haji"..Kemudian aku bertemu dengan orang-orang yang cacat fisik, membuatku bersyukur bahwa Allah telah menyempurnakan amal ibadah, kesehatan dan fisik serta janji Ïstana SurgaNya". Akhirnya aku terus introspeksi diri.. Keanehan lagi terjadi ketika ibuku mengalami mules diperut yang luar biasa seperti sedang melahirkan dan disaat yang sama aku merasakan pucat pasi seperti bayi yang baru dilahirkan lagi (kontak bathin antara ibu dan anak) dan telah diputihkan dosa-dosaku dimasa lalu......Rasanya seperti kembali ke TITIK NOL.....
Kenyataannya, yang aku rasakan seperti terpilih menjadi "Ratu Surga", secantik bidadari dan mendapatkan Ilmu Laduni??? Akupun merasakan adanya gangguan sihir yang ditujukan kearahku...Yah akhirnya "Sang Cinta Sejati "itu telah kutemukan. Tapi semua itu tidak membuatku lantas berpuas diri, takkabur dan riya. Ingatanku kembali kemasa dimana aku dilahirkan juga dengan keajaiban. Ketika seorang dokter Indonesia mengatakan pada ibuku bahwa kandungan ibuku ada "mium/daging tumbuh" dan harus digugurkan dengan obat yang sudah terminum 3/4 botol. tetapi dengan izin Allah, ibuku konsultasi lagi ke Prof Dr Boma dari luar negeri yang mendiagnoas bahwa itu bukan mium tetapi janin. teringat dengan istilah "Premodialisme"/ perjanjian kita dengan Allah dialam Ruh, bisa jadi aku salah satu bayi yang dipersiapkan Allah dalam misi penyelamatan dunia, yang digembar gemborkan saat ini. Aku sadar bahwa Hidup adalah Gema. Jika cinta kasih yang kita tebarkan maka cinta kasih pula yang akan kita dapatkan, itulah hakekat kehidupan.
Ketika pikiranku disibukkan dengan analisa alam bawah sadar yang menurut orang biasa hanya sesuatu yang dianggap "hiperbola", aku memutuskan untuk membagi beban tugas ini dengan belajar kepada seorang Ulama/Ustadz yang ilmunya jauh lebih tinggi. Aku ingin mempertahankan "surga dan karomah ini" tentunya dengan meningkatkan amalan2 dan berkumpul dengan orang-orang sholeh. Pilihganku jatuh kepada Ustadz K.H Muhammad Arifin Ilham dimana setahuku beliau berasal dari Banjarmasin dimana ayahku juga 1 (satu) dzuriat keturunan ke-6 dari seorang Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari, dimana ibunda Ulama besar tersebut juga pernah mengalami indahnya Lailatul Qodar berupa loncatan bintang kejora yang indah sama seperti yang aku alami. Akhirnya aku berkunjung ke rumah Ustadz di Depok dan ikut di ruqyah. Ustadz Arifin melalui pesan singkatnya (sms) mengatakan bahwa aku sedang "Mencapai Puncak Marifatullah"..
Pikiranku kembali melayang ke belakang, ketika SD teringat dikala tidur, kudapati tubuhku terangkat satu jengkal dari tempat pembaringanku, aku terjaga dan berdoa. Kejadian2 ajaib ini tetap menyadarkan ku bahwa aku tetaplah manusia biasa, normal dan masih memiliki cita-cita, impian dan merasa kecil di hadapan Allah namun bersyukur atas nikmatNYA. Kembali aku berpikir ke depan karena hari ini dan masa depan pasti jauh lebih baik dan akan menjadi milikku. Kita tidak akan mampu merubah wajah negeri dan dunia jika tidak merubah diri kita sendiri ke arah yang lebih baik. Siapa kita dan akan jadi apa kita nantinya juga masih saja sebuah MISTERI RAHASIA ILAHI.
PESAN MORAL
Pesan moral yang bisa diambil adalah bahwa Allah memeberi karunia dan kelebihan kepada siapa saja yang dikehendakiNYA, tidak pandang bulu kaya/miskin, cantik/jelek, tua/muda dst. Doa-doa kebaikan untuk diri kita yang terucap cepat/ lambat pasti terijabah karena janji Allah adalah PASTI. Keikhlasan dan ketulusan kita beribadah seperti kita menuai benih padi untuk kemudian menikmati hasil panennya. Cinta dari Allah dan mausiapun pasti akan didapat. Semoga ini menjadi awal kebangkitan umat Islam di seluruh dunia. Amien.
Aku berharap ceritaku ini tdiak membuatku menjadi sombong, riya, ujub, tapi semata-mata agar orang lain dapat mengambil hikmah, manfaat, teladan dan pemacu motivasi agar berlomba-lomba dalam mengejar ridho Illahi dan merebut Cinta Allah. Mendengar hati nurani yang tidak pernah berkata salah.